Rabu, 28 April 2021

Mengintip Wayang Tertua di Museum Wayang

 

Menurut sejarah wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 tahun yang lalu. Sebuah kebudayaan tua yang terus menerus di wariskan kepada generasi ke generasi selanjutnya. Wayang adalah sebuah seni pertunjukan rakyat yang telah di akui dunia, bahkan UNESCO pun menobatkannya sebagai, Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur asli Indonesia. Sungguh sebuah kebanggaan tersendiri bukan bagi kita, sebagai warga Indonesia.

Namun tahukah kalian bahwa salah satu wayang tertua kini terpajang rapi di museum wayang dan menjadi koleksi unggulan museum tersebut?. Ialah Wayang Kulit Kyai Intan, dibuat oleh Ki Guna Kerti pada tahun 1870.

Di tempat asalnya, Yogyakarta, wayang ini menjadi primadona dan bernilai sangat tinggi. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa wayang ini dapat menjadi primadona. Sekilas mungkin memang wayang ini terlihat seperti wayang biasa. Keistimewaannya adalah dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya. Kulit yang digunakanya adalah kulit kerbau special yang tebal dan halus, ini tentu berbeda dengan wayang lainnya. Cat yang digunakan untuk mewarnainya pun bukanlah cat sembarangan. semua bahan perwarnanya diracik dari bahan-bahan alami, seperti bubuk tulang hewan, jelaga, daun, bunga, dan akar-akaran. Selain itu, baju yang digunakannya pun istimewa, bajunya dilapisi intan, mulai dari bagian giwang (anting-anting) , kalung, penghubung lengan, sabuk hingga mahkota, membuat wayang ini terlihat mewah.

Senin, 26 April 2021

Telusur Museum : Yuk Lihat Ada Apa di Dalam Museum Wayang!

Wayang merupakan salah satu budaya Indonesia yang sudah terkenal hingga mancanegara. Wisatawan luar negeri berbondong-bondong untuk menyaksikan pertunjukan wayang secara langsung. Sebagai orang Indonesia yang memiliki budaya tersebut kita harus berbangga diri, dan sedapat mungkin selalu berusaha untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Namun sebelum itu, kita harus mengenal lebih dulu apa itu wayang, dank arena itulah museum wayang hadir sebagai tempat wisata edukasi untuk mempelajari wayang.

Seperti namanya, Museum wayang tentunya memamerkan koleksi wayang. Berbagai jenis wayang dari berbagai daerah ada di sini. Selebihnya ada 5000 wayang dari berbagai daerah. Seperti, wayang kulit Betawi, wayang kulit Surakarta, wayang kulit Palembang, wayang golek, wayang kaca, dan wayang seng.  Selain berasal dari Indonesia ada pula koleksi museum yang berasal dari mancanegara seperti India, China, dan Belanda.

Ketika memasuki museum ini, pengunjung akan disambut dengan wayang Gatot Kaca dan istrinya, Pergiwa yang sama-sama memiliki ukuran yang besar. Wayang ini merupakan wayang yang berasal dari Sunda dan terbuat dari kayu, yaitu Wayang Golek. Tokoh-tokoh perwayangan yang lain seperti Rama, Sinta, Pandawa dan Kurawa pun turut serta melengkapi koleksi museum ini. Kemudian di dinding pintu masuk pengunjung akan menemukan tulisan berbahasa Belanda yang menceritakan sejarah museum Wayang sejak awal berdiri. Selain tokoh-tokoh perwayangan, boneka legendaris Si Unyil dan kawan-kawannya pun turut serta meramaikan koleksi museum.

Museum wayang juga di lengkapi dengan toko souvenir dan workshop pembuatan wayang. Ada juga pentas pagelaran wayang yang biasanya di adakan setiap hari di dekat pintu keluar. Jadi selain melihat-lihat pengunjung juga dapat mempelajari lebih dalam mengenai wayang.


Penggalan Jejak : Sejarah Panjang Museum Wayang

Museum Wayang merupakan salah satu Museum yang bangunannya merupakan peninggalan bekas Belanda. Dapat dilihat sendiri, dari luar pun arsitekturnya sudah terlihat bergaya Eropa. Dulunya bangunan ini merupakan gereja tua tempat peribadatan rakyat sipil milik VOC yang didirikan tahun 1640 bernama  ‘de oude Hollandsche Kerk’.

Tahun 1733 gereja ini kemudian di pugar dan berganti nama menjadi 'de nieuwe Hollandsche Ker'. Kemudian sembilan buah prasasti di taman terbuka yang merupakan para elit Belanda yang dimakamkan di sana pun didirikan. 

Sebuah gempa melanda, dan gereja ini pun mengalami kerusakan. Selanjutnya di bangunlah sebuah bangunan baru di lokasi tersebut sebagai properti dari perusahaan Geo Wehry & Co yang difungsikan sebagai gudang. Di tahun 1912 hanya bagian depanlah yang dipugar menjadi bergaya Noe Reinaissance,  namun di tahun 1938 gedung ini dipugar seluruhnya mengikuti gaya bangunan di zaman kolonial. 

14 Agustus 1936 gedung ini berpindah tangan, kepemilikan berganti menjadi milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan dan memajukan seni dan ilmu pengetahuan, dan gedung ini pun ditetapkan sebagai monumen. Setahun setelahnya lembaga ini menyerahkan gedung tersebut kepada Stichting oud Batavia, yang kemudian merubahnya menjadi "de oude Bataviasche Museum" Atau Museum Batavia Lama, saat itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhirlah yang mengesahkan pembukaannya, ia adalah Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer. Pembukaan tersebut berlangsung pada 22 Desember 1939.


Telusur Museum : Museum Tersembunyi Monas

Siapa yang tidak tahu Monas atau Monumen Nasional? Semua pasti tahu bangunan ikon kebanggan dari kota Jakarta tersebut yang di bangun untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia di jaman penjajahan. 

Salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi orang-orang karena wilayahnya yang luas dan asri. Namun tahukan kamu bahwa Monas juga memiliki Museum? Memang tidak selengkap museum pada umumnya yang memiliki berbagai macam benda koleksi bersejarah. Monas hanya memamerkan diorama-diorama jaman dulu. 

Pada diorama pertama, pengunjung akan disuguhkan dengan diorama manusia purba hingga terbentuknya kerajaan di Indonesia. Pada sisi ke dua, pengunjung masih akan melihat diorama kerajaan di Indonesia, namun kali ini lebih berpusat pada perang. 

Sementara itu, pada diorama ke tiga pengunjung akan disuguhkan diorama masa penjajahan Belanda dulu. Di diorama ke lima, diorama yang disajikan adalah diorama masa penjajahan Jepang hingga akhirnya Indonesia bergabung dalam PBB. Tidak hanya itu, masih ada diorama lainnya, yang menceritakan kejadian menarik lainnya di Indonesia.


Penggalan Jejak : Dari Hobby Hingga Jadi Prestasi

Siapa yang tidak tahu layang-layang? Permainan yang biasa di lakukan anak-anak ini selalu menjadi tren dan tidak pernah punah setiap cuaca sedang berangin. Namun tahukah kamu kalau layang-layang itu memiliki banyak varian? Mulai dari bentuk, ukuran, warna, dan gambar. Jika kamu mengunjungi museum layang-layang kamu akan akan terpesona dengan warna-warninya layang-layang yang menghias segala penjuru museum. 

Museum yang di bangun tahun 2003 ini setidaknya memiliki 600 layang-layang yang masih dapat bertambah seiring waktu. Siapa yang sangka bahwa pendiri museum ini adalah seorang pakar kecantikan yang tetelah berkecimpung di dunia perlayangan sejak tahun 1985. Rasa cintanya yang besar terhadap layang-layang inilah yang membuatnya mendirikan museum ini. Ialah Endang Puspoyo. 

Ini bukanlah kali pertama Endang mewujudkan rasa cintanya pada permainan ini, sebelumnya ia juga membentuk sebuah galeri layang-layang, Merindo Kites and Gallery. Siapa yang sangka kecintaan dan hobinya ini berhasil membawakannya perhargaan rekor MURI karena memecahkan rekor sebagai pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang diamond terbesar pada tahun 2011 serta penghargaan Pariwisata Indonesia di tahun 2001 oleh Menteri saat itu.


Hal-Hal yang Harus Kamu Ketahui Saat Mengunjungi Gedung Joang '45

Sebelum kamu mengunjungi suatu tempat kamu harus mengetahui tempat seperti apa itu bukan? Kali ini kalian akan pergi ke Gedung Joang 45 Jakarta! Selamat bersenang-senang. 

1.     Dulunya gedung ini digunakan sebagai tempat berkumpul dan musyawarah oleh para pemuda. Di sinilah pula tercetus ide untuk menculik Bung Karno dan Bunga Hatta ke Rengasdengklok, agar segera mendeklarasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

2.     Gedung yang memiliki sekitar 2.500 koleksi benda bersejarah ini memiliki fasilitas yang lengkap, dari mulai ruang auditorium yang dapat memutar film seputar perjuangan dan kemerdekaan, perpustakaan, ruang pameran, hingga ruang khusus untuk anak-anak. 

3.     Dalam museum ini kamu bisa menemukan mobil kepresidenan yang digunakan oleh Presiden pertama RI. Yang pertama adalah mobil yang biasa digunakan Soekarno untuk menjalankan tugasnya, sebuah mobil berplat Rep-1 bermerk Buick buatan Amerika Serikat tahun 1939. Lalu mobil yang digunakan oleh Bunga Hatta, yaitu Rep-2 yang juga buatan Amerika di tahun 1938, Desoto. Kemudian mobil berbahan baja antipeluru, mobil peristiwa Cikini. Dinamakan begitu karena upaya pembunuhan terhadap Presiden Soekarno tanggal 30 November 1957.

 


Senin, 12 April 2021

Taman Kota, Wisata Ramah Lingkungan dan Ramah di Kantong


Taman kota sudah menjadi salah satu destinasi wisata murah meriah bagi warga. Selain ga bikin kantong jebol, taman kota juga jadi ruang hijau terbuka di tengah padatnya hiruk pikuk perkotaan yang cocok untuk semua golongan. Nah, buat kamu yang ingin wisata tapi ga punya uang bisa nih pergi ke sini bareng siapa pun. Yuk simak beberapa taman kota berikut yang ga kalah keren buat kamu jadiin destinasi wisata akhir minggu. 

1. Taman Suropati

Taman ini terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Buat kamu si aktif yang doyan sosialisasi bisa nih pergi ke sini. Taman ini cukup populer di kalangan anak muda, karena sering dijadikan tempat berkumpul komunitas-komunitas kreatif anak muda.

2. Taman Menteng


Taman yang satu ini tidak kalah populer dengan Taman Suropati. Di lengkapi fasilitas olahraga luar ruangan yang lengkap, seperti lapangan basket dan lapangan futsal, tak ayal tempat ini kerap menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu menikmati sejuknya udara di sekitar pepohonan. Selain itu, Taman ini populer karena memiliki rumah-rumah kaca. Rumah kaca ini difungsikan sebagai tempat menyelenggarakan acara. Biasanya acara-acara seperti pameran dan pesta pernikahan. Buat kamu yang punya rencana untuk menggelar acara namun masih bingung pilih tempat, Taman Menteng mungkin bisa masuk dalam list mu.

3. Taman Prasasti

Buat kamu si pecinta horor, bisa nih taruh taman ini dalam list mu. Tampilan taman ini tidak jauh berbeda dari taman lainnya, hijau, rimbun dan sejuk. Yang membedakannya adalah nisan-nisan berjejer yang memenuhi petak rump
ut di sana. Tak hanya nisan, patung-patung dan peti jenazah pun ada!, lengkap dengan kereta pembawa peti jenazah zaman dulu. Terdengar menyeramkan bukan. Selain itu, buat kamu yang suka fotografi, taman ini bisa jadi destinasi wisata menarik loh, karena menggunakan arsitektur gaya kolonial Belanda yang cocok buat latar foto vintagemu. Taman yang juga termasuk ke dalam Museum ini, tidak kalah populernya dengan taman lain tempat nongkrong anak muda, di taman ini biasanya banyak orang-orang yang tertarik fotografi berkumpul, atau sekedar penasaran. Kadang juga, taman ini digunakan sebagai tempat shoot photo atau pun syuting video. 

Nah segitu dulu rekomendasi taman-taman menarik di Jakarta, sampai bertemu di rekomendasi-rekomendasi selanjutnya!.


Telusur Museum Prasasti

Berwisata di Antara Nisan



Sekali lihat ke dalam Museum Prasasti semua pasti dapat menebak, bahwa bangunan dan area pemakaman ini merupakan peninggalan bangsa Belanda. Arsitekturnya yang bergaya klasik, gotik, dengan percampuran Hindu - Jawa abad ke 17 hingga abad 20, memang sangat menonjol. Terutama bangunan utamanya yang bergaya Doria, yang sebelumnya digunakan untuk menyemayamkan jenazah sebelum dikuburkan.

Masuk ke bagian dalam, hal pertama yang paling mencolok adalah eksistensi patung-patung malaikat, dari yang masih bayi hingga dewasa tersebar hampir di seluruh penjuru area taman. Tak ketinggalan, nisan-nisan bekas jaman dulu yang terbaring di tanah berumput dan yang masih berdiri tegak meninggalkan nama si pemilik yang raganya tak lagi beristirahat di bawahnya. Serta pohon-pohon menghijau dengan angin sepoi-sepoi yang menyapa para pengunjung dengan sejuknya.


Dalam museum ini, pengunjung dapat melihat nisan-nisan dengan cerita menarik yang dimiliki oleh pemiliknya. Seperti nisan Nisan Pierre Erberveld seorang Indo keturunan Jerman dan Thailand yang meninggal akibat hukuman mati dari pemerintah Belanda. Tubuhnya diikat pada empat ekor kuda dan ditarik ke arah yang berlawanan, sehingga tubuhnya terpecah dan berserakan di jalan. Nisannya di bangun seperti monumen dengan ciri khas tengkorak yang menancap pada besi di atasnya sebagai pengingat.

Kemudian ada nisan Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa keturunan Tionghoa yang menentang kediktatoran. Merupakan alumni dan dosen di Universitas Indonesia, sampai kematiannya di gunung Semeru karena menghirup gas beracun. Ia meninggal di usia yang masih terbilang muda, yaitu 27 tahun.

Lalu beralih ke sisi taman yang lain pengunjung akan menemukan nisan Olivia Mariamne Raffles, istri pertama dari Thomas Stamford Raffles. Selain itu masih banyak lagi nisan dari tokoh-tokoh lain, seperti menara Johan Jacob Perrie, dan peti jenazah dari presiden pertama RI dan wakilnya, Ir. Soekarno dan Soeharto.


Penggalan Jejak

Jejak Waktu di Museum Prasasti

Museum yang berlokasi diJalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat ini merupakan salah satu jejak pendudukan Belanda di Indonesia. Museum yang diresmikan 28 September 1795 oleh Halventinus van Riemsdi, seorang putra Gubernur Jendral Jeremias Van Rimsdijk (1775-1777), sebagai area pemakaman pejabat dan bangsawan Belanda yang bermukim di Indonesia. Dahulu kala dikenal sebagai kerkhof laan

Namun pada tahun 1974 hingga 1975 pekuburan ini dihenti fungsikan dan di revitalisasi secara besar-besaran oleh pemerintah DKI Jakarta. Jenazah yang terkubur semuanya dikembalikan kepada pihak keluarga dan ahli waris untuk kemudian dikuburkan kembali di negara asalnya atau TPU dan makam keluarga. Kemudian pada tahun 1977, area pemakaman seluas 1,3 Ha ini diresmikan oleh Ali Sadikin, gubernur DKI Jakarta pada saat itu, sebagai situs warisan budaya Museum Taman Prasasti.


Mengintip Wayang Tertua di Museum Wayang

  Menurut sejarah wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 tahun yang lalu. Sebuah kebudayaan tua yang terus menerus di wariskan kepada gene...