Senin, 15 Februari 2021

Di Balik Apiknya Koleksi Museum

 

Di masa pandemi ini, pemerintah menyerukan gerakan work from home, atau bekerja dari rumah untuk menghindari berkumpulnya orang-orang di luar yang akan membuat persentase pasien terpapar Corona terus melesak naik. Begitu pula para pekerja di Museum, mereka dianjurkan untuk bekerja dari rumah. Namun, tentunya dikarenakan Museum berisi banyak benda bersejarah yang harus dirawat dan dijaga dengan baik, beberapa pegawai menjadi pengecualian dan harus bekerja di Museum.

Pegawai ini merupakan bagian dari tim Perawatan dan Pengawetan. Sesekali mereka harus mengecek kondisi benda koleksi di museum. Karena benda-benda yang berada dalam Museum seperti kita ketahui, memiliki nilai sejarah dan kebanyakan sudah rapuh dan tua sehingga membutuhkan perhatian ekstra agar benda tersebut tetap terjaga dan tidak rusak. Tentu saja, pegawai dalam tim ini sudah berpengalaman karena jika tidak, salah-salah benda warisan budaya bisa hilang.

Biasanya, benda-benda koleksi di Museum rusak dikarenakan air, hama, temperatur udara, tindak kriminal, sentuhan fisik, terpapar cahaya ultraviolet, dan polutan. Maka dari itu tugas dari pegawai tim ini adalah untuk mencegah dan mendeteksi jika adanya kerusakan pada benda koleksi.

Hal pertama yang mereka lakukan saat sedang bertugas tentunya mendeteksi adanya tanda-tanda kerusakan seperti patah, berdebu, termakan rayap, dan lain lain. Kemudian tindakan perbaikan atau restorasi akan dilakukan pada benda-benda koleksi yang terdeteksi rusak, sesuai dengan tingkatan rusaknya dari yang paling sederhana hingga kerusakan berat. Lalu yang selanjutnya mereka lakukan adalah tindakan pencegahan pada benda-benda koleksi yang lain agar tidak ikut rusak. Salah satu tindakan pencegahannya adalah memasang perangkap serangga atau pengendalian temperatur dalam ruangan tersebut, dan lain lain.

Hal ini tentunya tidak dilakukan hanya saat terjadi pandemi. Tim ini bertanggung jawab pada keutuhan benda koleksi sebelum dan sesudah pandemi. Maka dari itu, dibalik benda-benda bernilai sejarah yang terlihat apik terpajang, ada mereka yang bekerja keras untuk terus melindungi keutuhan benda-benda tersebut.

Press Conference Peresmian Gedung II Museum Basoeki Abdullah

Setelah mulai dibangun tahun 2014 dan diselesaikan dalam 2 tahun, Gedung II Museum Basoeki Abdullah akhirnya rampung. Dalam konferensi pers yang diadakan oleh Museum Basoeki Abdullah, Gedung II ini terdiri dri 4 lantai dan bergaya minimalis. Desain Gedung II ini sendiri terinspirasi dari Seniman Basoeki Abdullah dan pallet yang selalu di pegangnya saat melukis. Hal inilah yang kemudian diimplementasikan pada kanopi gedung.

Setelah akhirnya rampung pada bulan November 2016, pada tanggal 29 November 2017 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Bapak Muhadjir Effendi-lah yang meresmikan bangunan itu sebagai Museum. Lalu bersamaan dengan peresmian Gedung II, diresmikan juga Pameran Basoeki Abdullah Art Award #2 yang kali ini mengusung tema "EKOLOGI : Dari Ruang Maya ke Ruang Alam". Ini adalah yang ke dua kalinya pameran ini diselenggarakan setelah sebelumnya diselenggarakan pada tahun 2012.

Pengadaan pameran kali ini didasari oleh rasa kegelisahan yang timbul dari ketidakseimbangan antara penghargaan dan Seniman muda Indonesia. Selain itu, terbatasnya perupa muda yang dapat mengekspresikan kepeduliannya tentang kehidupan dalam bentuk yang kritis, juga menjadi alasan yang mendasari dibentuknya kompetisi ini. Maka dari itu, kompetisi ini hadir untuk mengasah rasa tersebut dalam diri seniman-seniman muda masa kini.

Panitia kompetisi ini telah menerima 248 karya yang datang dari peserta seluruh Indonesia. Karya-karya tersebut terdiri dari seni lukis, seni grafis, fotografi, ilustrasi, dan mixed media, yang akan dinilai oleh pakar seni kenamaan Indonesia yang berperan sebagai juri dalam kompetisi ini.

Selain mengadakan pameran untuk karya terbaik, diadakan juga acara talkshow "Ngobrol dengan Pakar" Dan juga pagelaran wayang bertema "Semar Mbangun Khayangan" Yang didalangi oleh Ki Pamungkas Lebda Carita. Diharapkan dari kegiatan positif ini dapat semakin meningkatkan potensi Museum Basoeki Abdullah sebagai destinasi wisata budaya di Indonesia serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni.


Minggu, 14 Februari 2021

Pandemi Melanda, Museum Kota Tua Steril

 

Pandemi yang tengah melanda seluruh dunia tentu saja banyak memberikan dampak negatif tidak hanya di sektor kesehatan namun juga sektor-sektor lainnya. Sebutlah sektor pariwisata. Tempat-tempat rekreasi dan hiburan banyak yang hampir tumbang akibat kehilangan pengunjung dikarenakan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pembiasaan di era pandemi ini. Dari masalah pengunjung yang berkurang, satu-satu masalah mulai bermunculan, seperti kurangnya anggaran dana operasional yang berdampak pada pemutusan kontrak kerja dengan karyawan.

Salah satu tempat rekreasi yang terdampak adalah museum. Museum yang dulunya ramai dikunjungi orang untuk belajar, sekarang hampir semuanya sepi. Tidak ada lagi wisatawan domestik ataupun mancanegara yang terlihat menyambangi bangunan penuh sejarah tersebut.

Khususnya di Kota Tua Jakarta yang memiliki banyak museum. Dikarenakan adanya pemberlakuan penutupan sementara untuk mencegah adanya cluster baru Covid-19, semua museum di daerah tersebut terlihat tutup. Yang terlihat hanya para Satpol PP yang sengaja dikerahkan untuk mensterilkan daerah Kota Tua. Bahkan untuk melancarkan usaha tersebut dinas pun melarang kendaraan pribadi masuk ke daerah Kota Tua dan memberlakukan penutupan jalan.

Masih belum pasti kapan daerah Kota Tua akan beroperasi lagi dan Museum-museum di sana dapat dikunjungi kembali. Tapi pastinya, jika suatu saat memang daerah wisata tersebut dibuka kembali tentunya pemberlakuan protokol kesehatan ketat akan diberlakukan bagi pengunjung dan seluruh civitas museum serta Kota Tua. Namun jangan khawatir bagi pengunjung yang sudah kangen dengan suasana penuh history dari museum, beberapa museum sudah menawarkan solusi menarik bagi pengunjung yang ingin tetap berekreasi ke museum, yaitu virtual tour museum. Seperti namanya, museum menawarkan pengalaman tour museum lewat dunia virtual yang dapat di akses secara online. Hanya perlu membeli tiket secara online kemudian ruang virtual dapat di akses. Tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi lagi atau bahkan harus takut karena keluar rumah, hanya perlu duduk diam dan anda akan di ajak untuk mengeksplorasi museum lewat gadget anda.

Jejak Waktu di Museum Gajah

 

Berada di Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Jakarta Pusat, Museum Nasional atau yang lebih kerap disebut Museum Gajah menjadi museum terlengkap dan terbesar tidak hanya di Nusantara namun juga di Asia Tenggara. Memiliki hampir sebanyak 160.000 koleksi dari berbagai daerah, Museum Nasional menjadi rumah bagi banyak jejak budaya di zaman dulu. Terdapat 7 jenis koleksi Prasejarah yang dipamerkan di sana, yaitu antara lain  Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah.

Bermula dari lahirnya sebuah himpunan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Himpunan ini didirikan dengan tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan seperti ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, juga bidang seni. Salah seorang pendiri perkumpulan ini, JCM Radermarcher menyumbangkan sebuah rumah di Jalan Kali Besar serta sejumlah buku pengetahuan dan benda budaya, inilah yang menjadi awal dari lahirnya Museum yang telah menjadi pusat budaya di daerah Jakarta ini. Hingga akhirnya pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah Museum di lokasi saat ini dikarenakan koleksi yang sudah memenuhi rumah di Kali Besar tersebut. Kemudian barulah pada tahun 1868 Museum ini dibuka untuk umum.

Terkenal dengan sebutan Museum Gajah di masyarakat, dikarenakan adanya patung Gajah yang berdiri di halaman depan Museum, yang merupakan  hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan oleh karena pentingnya nilai Museum ini untuk bangsa Indonesia akhirnya Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan Museum Gajah kepada pemerintah Indonesia.

Dari Hotel Mewah Jadi Museum Bersejarah

 Jejak Perjuangan di Museum Joang '45


Gedung bercat putih gading itu masih berdiri tegak. Menjadi salah satu saksi bisu perjuangan pemuda Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Berlokasi di Jalan Menteng Nomor 31, Jakarta Pusat, Gedung ini menyimpan berbagai cerita masa lalu.

Gedung Joang 45, itulah nama bangunan itu. Memiliki bangunan dengan pilar-pilar berjejer tegak di bagian depan sebagai ciri khas bangunan peninggalan Belanda. Pemilik pertama bangunan itu tak lain dan tak bukan tentunya seorang Belanda yang juga seorang pengusaha, LC SchomperSchomper namanyanya.

Awalnya, pada tahun 1939 Schomper membangun gedung itu sebagai hotel singgah para pejabat Belanda dan Pribumi yang berkunjung ke sana, sekaligus merangkap sebagai rumah keluarga Schomper. Hotel Schomper, begitulah mereka menyebutnya.

Namun ketika pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada sekutu, Schomper beserta keluarganya terpaksa masuk ke dalam camp interniran. Sejak saat itu, pemrintah Jepang masuk menggantikan Belanda kemudian menyita semua peninggalan Belanda, termasuk Hotel milik Schomper.

Di tangan pemerintahan Jepang, Hotel Schomper berubah menjadi asrama bagi para pemuda di Indonesia. Hotel Schomper pun berubah nama menjadi Asrama Angkatan Baru Indonesia. Disana para pemuda diajarkan ilmu politik dengan harapan mereka akan memihak Jepang

Namun usaha tersebut dapat digagalkan oleh para pejuang kemerdekaan. Tokoh-tokoh proklamasi seperti Ir. Sukarno dan Moh. Hatta serta Adam Malik dan Chairul Saleh ikut ambil andil dalam penggagalan rencana tersebut. Kemudian mengubah nama gedung itu menjadi Gedung Menteng 31 dan para pemuda di dalamnya menjadi Pemuda Menteng 31. Disana mereka diajarkan semangat perjuangan kemerdekaan.

Akhirnya, setelah sempat berganti nama sebanyak tiga kali, pada tahun 1972 Gedung Menteng 31 berubah kembali menjadi Museum Joang 45 dan diresmikan sebagai bangunan bersejarah oleh  Gubernur DKI saat itu. Setelah dipugar selama setahun akhirnya Museum tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai Museum dan dibuka untuk umum.

Press Release Pembukaan Museum Maritim

 

Bagi anda yang selalu penasan dan ingin tahu lebih tentang perdagangan laut di masa lalu, kini Museum Maritim hadir untuk mengobati rasa penasaran anda. PT Pelabuhan Indonesia II Persero (IPC) membuka Museum Maritim Indonesia di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Melalui Museum ini, IPC bertekad untuk membangun literasi maritim di Indonesia dan menjadikan Museum ini sebagai salah satu pusat edukasi dan informasi tentang sejarah kelautan khususnya perdagangan laut di Indonesia. Dikabarkan melalui press release yang di unggah oleh web EnjoyJakarta, pembukaan Museum ini bersifat soft launching dan grand launching akan segera dibuka dalam waktu dekat.

Museum ini akan buka setiap Selasa - Minggu setiap pukul 09.00 WIB dan informasi mengenai Museum dapat di akses pada sosial media milik Museum Maritim.

Senin, 01 Februari 2021

Take a Look : Museum Gajah

Museum Nasional Indonesia atau kerap disebut sebagai Museum Gajah, merupakan salah satu museum bernuansa Eropa yang ada di Jakarta. Bergaya klasik, museum ini menjadi rumah bagi banyak peninggalan bersejarah dari seluruh Nusantara.

Digadang-gadang sebagai museum terlengkap, Museum Nasional menyimpan 160.000 benda bersejarah, yang terdiri dari tujuh jenis koleksi Prasejarah, Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah. Koleksi tersebut ada yang didapat dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda, dan juga pembelian.

Salah satu koleksi yang paling menarik di museum ini adalah patung Bhairawa. Patung yang ditemukan di Padang Roco, Sumatera Barat ini merupakan patung tertinggi di Museum Nasional. Diperkirakan berasal dari dari abad ke 13-14, patung ini merupakan perwujudan dari Siwa dan Budha, dan digambarkan sebagai raksasa mengerikan. Dahulu kala, patung ini dijadikan sebagai markah tanah oleh kerajaan Melayu.

Patung Bhairawa hanyalah salah satunya, masih banyak lagi koleksi menarik lainnya di museum gajah. Seperti koleksi tertua di museum ini yaitu Arca Buddha Dipangkara dan masih banyak lagi. Selain berwisata, kita juga jadi bisa belajar dan membayangkan bagaimana kehidupan di masa lalu.


Anies Anggap Wisma Atlet Sebagai Museum Sejarah bagi Penyintas Covid

 Angka persebaran Covid yang kian meninggi membuat pasien di Wisma Atlet membludak. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan katakan Wisma Atlet adalah museum penyintas Covid. Bangunan ini menjadi saksi bisu akan harapan dan doa dari para penyintas, alasannya.  


Siapa yang tidak tahu Wisma Atlet? gedung yang sengaja dibuat sebagai asrama para atlet se-Asia dalam ajang Asian Games pada tahun 2018 kemarin. Setelah ajang pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara itu usai, kini Wisma Atlet kembali di huni. Bukan oleh para atlet, melainkan orang-orang terinfeksi virus Corona. Kompleks gedung bertingkat yang berdiri di atas tanah seluas 10 hektare, dan terdiri dari sepuluh bangunan menara dengan jumlah 7.424 kamar itu kini telah beralih fungsi sebagai rumah sakit darurat pasien terpapar covid.

Gedung itu kini telah menjadi saksi bisu dari para penyintas Covid. seperti dikatakan oleh Anies Baswedan saat launching buku berisi kumpulan foto selama pandemi di Jakarta, dikutip dari merdeka.com "Gedung ini menjadi preform salah satu monumen Covid yang hari ini belum disadari. Nanti, gambar ini akan dikenang lintas zaman karena di sinilah tempat berkumpulnya penyintas Covid paling banyak,"

Mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menganggap bahwa tower ini bukan hanya sekedar saksi bisu namun juga tempat bersejarah, di mana saat Asean Games berlangsung tidak ada yang pernah menyangka bahwa asrama megah ini pada akhirnya akan menjadi rumah sakit darurat dan menampung pasien dengan jumlah terbanyak se-Asia Tenggara dan Asia. Anies juga menganggap bukanlah karena pengalih fungsiannya yang membuat bangunan ini hebat tapi bagaimana tempat ini dapat menampung puluhan ribu penyintas dan menyaksikan setiap cerita di dalamnya. Jadi sudahlah cocok kalau bangunan itu dianggap sebagai tempat bersejarah.

Cara Museum Hadapi Pandemi

Museum menjadi salah satu tempat yang mendapat dampak besar dari kehadiran pandemi. Mereka tida bisa terus tutup, sebab jika begitu, dana operasional museum akan berkurang, sedangkan biaya perawatan museum tidaklah sedikit. Maka dari itu, museum akan tetap buka namun tentunya dengan pengawalan protokol kesehatan yang ketat bagi civitas museum dan pengunjung.


Pandemi Corona yang tengah melanda Indonesia saat ini membuat kita harus berusaha keras untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Menjaga jarak, pakai masker, karantina mandiri, cuci tangan sampai bersih, dan usaha lainnya agar kita terhindar dari virus tersebut. Tidak hanya itu, sekolah, kantor, cafe dan tempat-tempat bisnis lainnya juga dipaksa untuk beradaptasi dengan keadaan saat ini. Mereka berlomba-lomba untuk membuat inovasi baru yang dapat diterapkan di era pandemik.

Tak ketinggalan, salah satunya adalah museum. Tempat ini menjadi salah satu tempat yang berusaha mati-matian untuk tetap berdiri di tengah krisis pandemi. Aturan PSBB, penutupan sementara, hingga ancaman tutup permanen akibat masalah keuangan yang tidak mencukupi biaya operasional. Lalu bagaimana mereka menghadapi ini?

Dengan adanya pemberlakuan PSBB, jam operasional museum mulai dikurangi, yang tentu saja berimbas pada jumlah pengunjung. Untuk mengatasi hal ini pihak museum mulai memikirkan solusi lain, dan Virtual Tour via online dinilai dapat menjadi solusi untuk hal ini. Tidak hanya virtual tour museum, museum juga membuat acara menarik lainnya, seperti Doorprize, Quiz, Webinar ,dan Online Exhibiton. Jadi pengunjung tidak perlu khawatir lagi harus keluar dari rumah.

Namun begitu, museum akan tetap buka, hanya saja tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Seperti pembatasan pengunjung yang masuk, tes suhu, memakai masker, dan mencuci tangan sebelum masuk. Tak hanya pengunjung yang menerapkannya, para pegawai museum pun melakukannya, begitu pula dengan ruangan dalam museum yang secara rutin disemproti dengan cairan disinfektan. Untuk pembelian tiket, sekarang sudah banyak museum yang telah menerapkan pembelian tiket secara online untuk menghindari antrian di loket.


Nasib Museum di Era Pandemi


Covid yang menyerang hampir seluruh negara, melumpuhkan banyak sektor keuangan. Salah satunya adalah Museum. Penurunan angka pengunjung dan pendapatan yang tidak stabil membuat museum menjadi terancam tutup permanen.

Tahun 2020 menjadi tahun yang berat tidak hanya untuk Indonesia, namun juga negara-negara lainnya. Virus covid 19 yang menyerang, memaksa kita semua untuk melakukan karantina mandiri di rumah dan pembatasan sosial. Tentu saja hal ini bukanlah hal yang mudah. Kita terpaksa harus beradapatasi dengan keadaan yang baru ini. Yang biasanya kita dapat pergi ke sekolah atau ke tempat kerja dengan bebas, kini semuanya terpaksa harus dibatasi. Kita harus belajar dari rumah dan juga bekerja dari rumah.

Tidak hanya soal belajar dan bekerja, masa-masa pandemi ini tentunya juga membatasi kita untuk bertemu dengan orang-orang secara bebas. Tidak ada lagi anak-anak yang bebas bermain bersama-sama, tidak ada lagi anak-anak muda yang nongkrong di kafe, tidak ada lagi ibu-ibu yang datang ke mall bersama keluarganya hanya untuk sekedar refreshing sekalian belanja bulanan. Tentu saja hal ini berimbas langsung pada dunia bisnis. Sektor perekonomian hampir seluruhnya lumpuh.

Tak terbatas pada sekolah, kantor, atau tempat berjualan saja, wabah ini juga berdampak pada museum. Banyak museum-museum yang memutuskan untuk tutup sementara demi menjaga kesehatan bersama. Namun tentu saja, penutupan ini pun memiliki dampak yang lumayan besar. Seperti yang diketahui bahwa museum bergantung pada pendapatan dari pengunjung sehari-hari sebagai biaya operasional. Jika sebelum penutupan dilakukan jumlah pengunjung menurun karena adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) saja sudah membuat pendapatan berkurang drastis, apalagi jika museum di tutup sementara, otomatis tidak akan ada pengunjung yang datang.

Tentu saja ini bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, bisa saja museum terancam akan tutup permanen. Sudah banyak museum yang mengalami krisis ini. Meski begitu, tentu saja keputusan pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial dan penutupan sementara masih harus dilakukan.

Dilansir pada Kompas.com Pada Mei 2020, UNESCO mengeluarkan sebuah survei berjudul "Museums Around the World In The Face of Covid-19". Melalui survei tersebut, UNESCO mencatat bahwa sebanyak 90 persen museum menutup pintunya selama pandemi. Sementara 10 persen lainnya kemungkinan sama sekali tidak akan buka kembali. itu berarti bukan hanya museum di Indonesia yang mengalami ancaman ini namun juga museum-museum di luar negeri. 















Sumber : https://travel.kompas.com/read/2020/07/09/201100827/pengaruh-pandemi-terhadap-museum-di-dunia-interaksi-beralih-ke-digital?page=all.





Mengintip Wayang Tertua di Museum Wayang

  Menurut sejarah wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 tahun yang lalu. Sebuah kebudayaan tua yang terus menerus di wariskan kepada gene...